Sabtu, 07 Desember 2013

Data Ketua Kontingen



Keterangan :

Untuk teman-teman sekalian.... Inilah Data Ketua Dari Masing-masing kontingen.... teman-teman juga dapat men-download ataupun melihat tampilan penuhnya Disini

AGENDA ACARA PIOS IV 2013



Keterangan :

AGENDA ACARA PIOS IV 2013
Untuk teman-teman sekalian.... silahkan lihat agenda acara yang akan dilaksanakan pada PIOS ke IV di STAI TF Dumai.... diatas ini..... Dan juga .. kalian juga dapat medownload ataupun melihat tampilan penuhnya Disini

Jumat, 06 Desember 2013

Nama Kontingen Beserta Jumlah Peserta

Nama Dan Jumlah Kontingen

  1. KONTINGEN PIOS IV FIAI (UNISI) TEMBILAHAN [ 65 Peserta ]
  2. KONTINGEN PIOS IV STAI AL-AZHAR PEKANBARU [ 18 Peserta ]
  3. KONTINGEN PIOS IV STAI AL-KAUTSAR BENGKALIS [ 75 Peserta ]
  4. KONTINGEN PIOS IV STAI AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN [ 89 Peserta ]
  5. KONTINGEN PIOS IV STAI DAR ASWAJA ROHIL [ 37 Peserta ]
  6. KONTINGEN PIOS IV STAI DINIYAH PUTRI PKU [ 45 Peserta ]
  7. KONTINGEN PIOS IV STAI Hubbulwathan-Duri [ 27 Peserta ]
  8. KONTINGEN PIOS IV STAI KUANTAN SINGINGI [ 48 Peserta ]
  9. KONTINGEN PIOS IV STAI Lukman Edy Pekanbaru [ 42 Peserta ]
  10. KONTINGEN PIOS IV STAI MADINATUN NAJAH RENGAT [ 34 Peserta ]
  11. KONTINGEN PIOS IV STAI NURUL FALAH AIR MOLEK [ 28 Peserta ]
  12. KONTINGEN PIOS IV STAI NURUL HIDAYAH SELAT PANJANG [ 22 Peserta ]
  13. KONTINGEN PIOS IV STAI Rokan Bagan Batu [ 39 Peserta ]
  14. KONTINGEN PIOS IV STAI SULTAN ABDURRAHMAN KEPRI [ 26 Peserta ]
  15. KONTINGEN PIOS IV STAI TUANKU TAMBUSAI [ 52 Peserta ]
  16. KONTINGEN PIOS IV STEI IQRA ANNISA [ 38 Peserta ]
  17. KONTINGEN PIOS IV STIT AR-RISALAH [ 35 Peserta ]
  18. SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM IBNU SINA BATAM [ 37 Peserta ]
  19. KONTINGEN PIOS IV STAI TAFAQQUH FIDDIN DUMAI
Keterangan :

  • Jika ada kontingen yang tidak tersebutkan... diharapkan untuk melapor ke Facebook Fanspage STAI TF Disini
  • Jika ada perubahan atau pergantian peserta.. diharapkan juga untuk melapor ke Facebook Fanspage STAI TF Disini

Latar Belakang Pelaksanaan Pios IV Di STAI TF Dumai

H. M. Rizal Akbar, S.Si, M.Phil
Ketua Panitia Pelaksana PIOS IV Dumai 
  


Kawasan Pantai  Timur Sumatera yang berada disepanjang  selat Melaka merupakan kawasan dengan segudang peristiwa dan sejarah yang mengilhami nusantara. Selat Malaka, yang merupakan kawasan perdagangan tersibuk dan tertua di dunia. Daerah ini pada mulanya dihuni oleh para pendatang dari India Selatan dan kemudian menjadi pusat pelayaran wilayah laut kepulauan Indonesia, Laut Cina dan Samudera India. Pelayaran yang membawa serta masyarakat Melayu tersebut dapat dijumpai di beberapa daerah bahagian barat dan tengah kepulauan Indonesia dan daratan Malaysia. Budaya Melayu ini juga dapat ditemukan di selatan Filipina dan Madagaskar. Bahasa Melayu menjadi bahasa nasional Malaysia dan Indonesia serta merupakan bahasa rasmi yang digunakan di Singapura. Masyarakat etnik Melayu dalam jumlah yang besar menetap di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan daerah pesisir Sumatera Utara dan sejumlah kecil masyarakat Melayu dapat dijumpai di bahagian barat dan tengah Indonesia, khasnya di beberapa kota pesisir.
Awal mula kerajaan Melayu berbasis di Jambi dimulai pada abad ke-7, sementara itu kerajaan daratan Melayu berdiri pada abad ke-1. Kerajaan yang berbasis di Jambi kemudian ditaklukkan pada abad ke-13 oleh prajurit dari Jawa. Tahun 1402, Kerajaan Malaka (termasuk sebagian besar Malaysia) didirikan oleh beberapa orang penguasa perang dari Palembang. Sejak masa itu, terjadi persaingan sengit untuk menguasai daerah Selat Malaka. Beberapa aliansi politik mengalami masa kejayaan dan kemunduran, antara pemegang kekuasaan di persekitaran selat tersebut iaitu Johor, Palembang, Jambi dan terakhir Kesultanan Aceh.
Persaingan sengit untuk menguasai wilayah ini terjadi pada abad 15. Kesultanan Malaka-Johor-Riau berulang kali mendapatkan dan kehilangan kekuasaannya di wilayah ini ketika Malaka berkembang menjadi satu pelabuhan perdagangan yang ramai dan sibuk. Kesultanan memiliki kekuasaan terhadap kedua sisi Selat Malaka sampai ke Kampar, Indragiri dan Riau Kepulauan. Perpaduan akses ke daerah sekitarnya dan kendali terhadap pelabuhan-pelabuhan di selat ini dapat memberikan penjelasan dan pemahaman inti daripada Kesultanan Melayu tersebut. Beberapa sungai di Jambi dan Riau memberi akses ke dataran tinggi pertanian Minangkabau, dan hasil emasnya, serta hasil hutan yang dikumpulkan di sepanjang sungai. Sungai-sungai tersebut juga menjadi sarana lalu lintas masyarakat pergi- pulang dari dan menuju selat. Sementara itu, Aceh memperoleh peningkatan kekuasaan di pesisir barat Sumatera.
Namun demikian, beberapa pelabuhan di Selat Malaka terbukti memiliki nilai ekonomi yang lebih penting berbanding dengan sungai, dan kebijakan Selat Malaka yang kemudian menjadi kebijakan dunia. Tahun 1511, Portugis merebut kekuasaan Malaka. Akhir abad 16, kapal-kapal Belanda mulai mengunjungi Sumatera tetapi belum menduduki pulau ini kerana mereka telah terlebih dahulu menguasai Batavia dan Indonesia bagian Timur. Tahun 1611, para pedagang Inggris mendirikan pusat perdagangan mereka yang pertama di Aceh dan Jambi.
Selain pesatnya perdagangan antar pulau, kawasan ini juga memiliki sejarah tentang penyebaran agama yang tidak kalah pentingnya. Pada abat ke 5 masehi pengaruh Hindu dan Buda sangat mewarnai kawasan ini, namun pada abat-abat berikutnya kawasan ini mengambil peran penting dalam proses penyebaran agama Islam di dinusantara, yang tentunya mencatat begitu banyak rentetan ulama yang pernah berkiprah dikawasan ini. Selari dengan itu, perkembangan bahasa Melayu juga memiliki hubungan yang erat dengan proses islamisasi di kawasan ini. Pada akhir abad ke 13 masehi– sejak Islam disebarkan di kawasan ini, sehingga secara berangsur-angsur bahasa Melayu berperan juga sebagai salah satu wahana pengantar agama Islam.
Kawasan selat Melaka hingga saat ini masih sangat strategis, apatah lagi bila dikaitkan dengan isu globalisasi.  SIJORI (Singapura-Johor-Riau), yang kemudian berubah   namanya   menjadi   IMS-GT   (Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle) adalah model kerjasama ekonomi awal yang diperkenalkan dibawah kawalan ASEAN dengan basis wilayah selat Melaka.  Meski  banyak  menemui  kendala, terutama  karena  antara Indonesia dan Malaysia  tidak  bisa  tercapai  suatu  prinsip saling   komplementer   karena   produk   dan komoditi yang dihasilkan sama. Sehingga hubungan saling komplementer hanya dapat terjadi dengan Singapura.
Model  kerja   sama  ini   kemudian   dijadikan   acuan untuk dikembangkan dibagian wilayah negara lainnya, antara lain IMT-GT  (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle) yang juga berbasis di kawasan selat Melaka dan BIMP-EAGA (Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philipine East ASEAN Growth Area). Di samping itu, ASEAN pun mengembangkan free trade-nya dengan model sendiri, yaitu melalui CEPT (Common Effective Preferential Tariff) atau melalui sejumlah daftar barang-barang yang diperdagangkan  di  negara-negara  ASEAN yang   sudah   memberlakukan   AFTA   dan mengenakan  tarif  yang  berkisar  antara  0-15%, dan akan dibebaskan bila AFTA telah berlaku efektif  (Anwar, 1994).
Bagi Indonesia dan Malaysia, kewujudan  SIJORI (Singapura-Johor-Riau), mahupun  IMS-GT   (Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle) dan AFTA, adalah formalitas atas gejala hubungan masyarakat yang sudah berlansung lama. Karena, kedua masyarakat negara  ini memiliki banyak kesamaan dalam berbagai hal. Diantara kedua negara ini telah terjalin hubungan mesra jauh sebelum ASEAN di didirikan. Kewujudan ASEAN bagi kedua kawasan ini hanya memperkokoh hubungan keduanya secara formal. Namun dari sisi pergerakan masyarakat, hubungan itu telah ujud sejak lama karena pada satu masa dahulu kedua kawasan ini pernah menyatu dalam satu emperium kerajaan Melayu, sebagaimana catatan sejarah diatas.
Selat Melaka yang merupakan basis dari pergerakan ekonomi kawasan pantai timur Sumatera  akan semakin berkembang pesat selari dengan perkembangan ASEAN Community pada tahun 2015.  Adalah pada Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN (Association of South East Asian Nations) ke-9 di Bali tahun 2003 telah mencanangkan pembangunan ASEAN Community yang terdiri dari tiga pilar, yaitu ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-Cultural Community. Dalam konteks Economic Community ASEAN (Masyarakat Ekonomi ASEAN)  ingin dicapai ASEAN 2015, yang akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi di mana akan ada aliran barang jasa dan investasi yang bebas dan aliran modal lebih bebas sehingga menjadi lebih kuat, dinamis, dan kompetitif secara ekonomi dalam pasar global (Samsurizal:2008).
Kedudukan selat Malaka masih sangat strategis sampai dengan saat ini, namun terdapat beberapa  persolan baik dalam tatanan kepetingan nasional, regional mahupun dalam tataran internasional. Pada tataran kepentingan nasional, ketimpangan pembangunan kawasan merupakan satu kenyataan yang memilukan. Di sepanjang garis pantai bagian barat selat ini yang merupakan pantai timur Sumatera merupakan kawasan yang masih gelap gulita, karena belum tersentuh pembangunan secara maksimal. Sementara dibagian lainnya yang merupakan kawasan Semenanjung Malaysia sudah sangat terang-benderang dengan dilengkapi pelabuhan-pelabuhan laut bersekala internasional  seperti Johor, Pord Diction dan Singa Pura.
Sebagai sebuah kawasan yang berada di jalur penting perekonomian dunia, kawasan pesisir pantai timur Sumatera sudah selayaknya mendapatkan perhatian khusus dalam kebijakan pembangunan nasional. Kawasan ini sudah semestinya menjadi kawasan utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional, menjadi pasar yang dapat menjamin produk-produk nasional untuk masuk ke dunia internasional. Disamping itu kejayaan kawasan ini sebagai enteri point pengembangan peradaban dikawasan nusantara sebagaimana catatatan sejarah diatas harus dapat dikembalikan lagi perannya sehingga kegalauan peradaban yang kita hadapi saat ini dapat teratasi.
Secara ekonomi harapan terhadap programa MP3I (Master Plant Percepatan Peluasan Ekonomi Indonesia) yang telah dicanangkan pemerintah dalam memcapai visi Indonesia 2025 sangat besar dalam upaya mempotensikan kembali kawan ini. Dimana program  MP3I  adalah sebuah progaram yang menyeting semua aspek perekonomian Indonesia yang diharap kan dapat mengubah Perekonomian Indonesia menjadi lebih maju dan berkembang. Kawasan pantai timur sumatera merupakan salah satu koridor pengembangan ekonomi nasional dengan tema pembangunan ekonomi sebagai “Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”.
Untuk itu, Moment PIOS ke-4 PTAIS KOPERTAIS Wilayah XII Riau-Kepri ini, dapat dijadikan sarana untuk mereurgensikan kembali peran pesisir pantai timur Sumatera dalam menoreh peradaban nusantara. Untuk itu isu-isu menyangkut pembangunan kawasan ini dari berbagai perspektif akan dijadikan wacana-wacana ilmiah dalam setiap pembahasan dalam kegiatan, dengan harapan PIOS ke 4 di STAI Tafaqquh Fiddin Dumai dapat memunculkan gagasan serta konsep baru dalam percepatan pembangunan di kawasan pesisir sumatera yang bersifat integrative.
A.      SELAYANG PANDANG SEJARAH PERKEMBANGAN PIOS
Pekan llmiah Olah Raga dan Seni (PIOS) Kopertais Wilayah XII pada awalnya ditaja sebagai wadah atau ajang silaturrahmi dan pertemuan tahunan antara para pengelola, pimpinan, dosen dan mahasiswa PTAIS yang berada dalam lingkungan Kopertais Wilayah XII. Gagasan ini juga didasari oleh upaya untuk mewujudkan komunikasi, harmonisasi, dan dinamisasi PTAIS ditengah persaingan lokal dan global dunia pendidikan tinggi sekaligus menjawab persoalan-persoalan pendidikan Islam.
Cita-cita mulia tersebut, telah sukses dilaksanakan di kantor sekretariat Kopertais Wilayah XII di kampus UIN Suska Pekanbaru, pada tanggal 29 November s/d 1 Desember 2007. Momen ini kemudian disebut dengan PIOS I.
PIOS II dilaksanakan di Tanjung Pinang pada tanggal 16-21 Februari 2009, dengan mengusung tema “Reorientasi Keilmuan PTAIS; Membangun Paradigm Keilmuan Kontributif terhadap Pembangunan Daerah dan Nasional”. Kegiatan ini, telah pun dilaksanakan dengan sukses, meskipun beberapa hal yang menjadi target kegiatan ini tidak terlaksana sepenuhnya. Misalnya, yang berkaitan dengan kegiatan ilmiahnya. Meskipun demikian, PIOS II telah melahirkan iklim akademik, olah raga, dan seni dikalangan PTAIS Riau-Kepri.
PIOS III diselenggarakan di Tembihan  pada tanggal 19-26 November 2011. PIOS ini mengusung tema utama : “Pendidikan Islam untuk Membangun Karakter Bangsa Berbasis Budaya Melayu”. Tema ini mempertegas peran dan komitmen PTAIS Kopertais Wilayah XII Riau-Kepri untuk membangun pendidikan tinggi Islam yang berorientasi pada pembangunan karakter bangsa.
Pada tahun 2013, PIOS IV akan diselenggarakan di Dumai pada tanggal 15-20  Oktober 2013. Pios kali ini menetapkan tema utama : “Pembangunan Masyarakat Islam Pesisir Pantai Timur Sumatera”. Tema ini, mempertegas peran dan komitmen PTAIS Kopertais Wilayah XII Riau-Kepri untuk membangun dan melakukan pengembangan ekonomi bagi masyarakat Islam yang ada di wilayah pesisir pantai timur Sumatera.

Rabu, 20 November 2013

Contact Us

Sekolah Tinggi Agama Islam Tafaqquh Fiddin
Jl. Utama Karya No. 3 RT 12, Kel. Bukit batrem Kec. Dumai Timur, 28815
Dumai
 

1. Faizal Nur, S.Si
E-mail :
faizalnurmatias@yahoo.com
HP. 08126885312

 

2. Rasyidi, M.Pd.I
E-mail :
rasyidi_79@yahoo.co.id
HP. 0812760200

 

3. Winda Yani, S. Pd.I
HP. 085278772141
E-mail : maniez_girl1986@yahoo.com

 

4. Khairul Azmi, S.H.I 
HP. 085278043442

Presentasi rencana pelaksanaan PIOS IV Dumai

Presentasi rencana pelaksanaan PIOS IV dapat di download di sini [ Download ]